Membenci diri sendiri dalam sepi
Bacalah jika kamu merasa beban hidup banyak, jika kamu membenci hidupmu sendiri
Posted by mochammad suyuti
Apa yang dimaksud dengan pencapaian hidup?
Apakah ketika kita merasa puas dengan apa yang telah kita lakukan?
Mungkinkah perasaan bahagia ketika mendapatkan yang kita inginkan?
Apakah saat ketika kita rindu dengan masa-masa lalu kita?
Ketika kita duduk di kursi malas, mendengarkan lagu lawas dan bernostalgia?
Ataukah ketika kita mulai bisa tidur nyenyak tanpa harus memikirkan tentang kesulitan hidup?
Mungkin pulakah ketika kita berhenti melangkah dan lebih suka menikmati semua yang telah kita punya dan raih??
Sampai manakah yang namanya pencapaian diri??
Mengapa ketika melihat orang lain mempunyai sesuatu yang lebih dari kita, sesuatu yang sangat kita inginkan, sesuatu yang kita cari-cari dan perjuangkan setengah mati selama ini maka kita cenderung iri?
Mungkin juga kita berkata:
“TUHAN, AKU LEBIH BERHAK DARINYA!! AKU LEBIH LAYAK MENDAPATKAN APA YANG IA DAPATKAN! KENAPA KAU BERIKAN ITU PADANYA? KENAPA BUKAN PADAKU? KENAPA BUKAN AKU… AKU YANG JELAS-JELAS LEBIH BERKOMPETEN, BERKUALITAS, LEBIH SEGALANYA DARINYA!! KENAPA HARUS DIA!!!”
Sahabat… aku pernah mengalaminya. Hidup tampaknya tidak adil, Alloh sepertinya mengenyampingkanku dan lebih memilih yang lain. Seribu pertanyaan menusukku dari depan, samping dan belakang dan semakin ku mencari jawabannya semakin aku tidak mendapatkannya, malah ketika mencari jawabannya pertanyaan itu malah makin bertambah.. aku tak tahu lagi kemana harus mencari jawabannya hingga orakku tak lagi dapat membedakan alasan-alasan yang rasional dan tidak.
Dunia bagaikan mengepungku, mencaciku, membuangku tanpa alasan, waktu seperti tak pernah memihakku, dan kesempatan tak pernah kunjung datang.. padahal beribu do’a telah ku panjatkan.. tapi makin ku berdo’a makin jauh tampaknya yang kuinginkan. Akhirnya aku mulai membenci semuanya.. diriku sendiri, orang-orang, lingkungan, keadaan, kesempatan dan terlebih aku membenci hidup.. hidupku maupun hidup orang lain. Aku berubah dan menjelma menjadi mahluk pengumpat, apatis, skeptis dan negatif. Hidup terasa sangat hampa.. aku tak tahu lagi harus percaya kepada siapa.. pada diriku sendiripun aku kehilangan kepercayaan diri… dan hal tersebut diperparah dengan kegagalan-kegagalan yang terus datang dalam jangka waktu yang masing-masing tidak terlalu jauh jaraknya.
Lalu pertanyaannya bagaimana aku / kita bisa “sembuh” ??
(aku sengaja menumpamakannnya dengan kata sembuh alih-alih bangkit, itu karena ketika kita merasakan hal seperti itu, ketika kita dalam kondisi seprti itu, sadar tak sadar, terima tak terima, kita sedang dalam keadaan “sakit”)
Bagaimana aku sembuh padahal saat itu tidak ada orang yang menolongku??
Bahkan akupun tak sanggup menolong diriku sendiri..
Sahabat taukah kau kenapa kita didiamkan begitu lama?? Tahukah kau kenapa seakan-akan Alloh tak peduli dengan kita?? Itu karena Alloh ingin melihat sejauh mana perjuangan kita? Sejauh mana kita bisa mempercayaiNya ketika harapan seakan dicabur dari kita… sebuah anomali memang, bayangkan ketika kita merasa dibuang oleh kehidupan kita malah harus tetap bersyukur terhadap Sang pemilik hidup.
Tapi begitulah cara Alloh menujukkan kuasaNya.
Pertolongannya datang pada saat-saat terakhir, ia menghangatkan tubuh kita ketika kita akan mati kedinginan dan beku. Itulah tanda maha kekuasaanNya.
Dan Alloh sama dengan apa yang dipersepsikan hambaNya
Alloh takkan membiarkan hambanNYa asal di hati hambaNya masih tersisa keimanan, walaupun hanya sebesar butir pasir.
Alloh ingin membuat kita berpikir, dan kita tak mungkin dapat berpikir sangat dalam ketika perut kita kenyang, ketika kita dapat tidur dengan sangat lelapnya, hikmah dan pelajaran hidup Alloh berikan dengan cara “mengajari” hambaNya
Dan sahabat alangkah beruntungnya dirimu yang mengalami keadaan seperti ini, karena ternyata dalam kepedihanmu Alloh masih menunjukkan rasa sayangNya. Ia mengasihimu dengan caraNya bukan caramu, Ia menyayangimu dengan caraNya bukan caramu, dan Ia menguatkanmu dengan caraNya bukan caramu. Dan dalam proses penuh getir hidupmu ini, kawan Alloh senantiasa melihatmu, memperhatikanmu, ketika kau tertidur Ia masih menjaga jiwamu, hingga akhirnya kau membuka matamu pada pagi. Jika ia tak memperhatikanmu mudah sekali baginya untuk memutus nyawamu ketika kau terlelap dalam tidurmu.
Cara Alloh tak harus sama dengan cara manusia, karena Ia Tuhan bukan manusia. caraNya mengajarkan hikmah tak harus dimengerti oleh nalarmu, karena Ia Sang maha tahu dan pemilik ilmu, bukan manusia yang terbatas kadar nalarnya. Caranya mengasihi umatNya tak harus sama dengan cara manuia mengasihi sesamanya, KasihNya tak harus tampak dan kasat mata, tapi kasih sayangNya selalu ada bersama hembusan nafas kita.
Terima kasih telah membca
Jangan lupa follow mochammadsuyuti.blogspot.com
Kritik dan Saran : msuyuti19.ms@gmail.com
Komentar
Posting Komentar